BENARKAH PUASA RAJAB ITU BID’AH?

BENARKAH PUASA RAJAB ITU BIDAH?

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Buya, saya pernah mendengar sebagian orang,  mereka berkata kalau puasa di bulan Rajab itu bid’ah. Apakah benar seperti itu Buya? mohon penjelasannya.

Jawaban:

Waalaikumussalam Wr. Wb.

Bulan Rajab adalah Bulan Haram yang dimuliakan Allah SWT. Puasa adalah sebaik-baik ibadah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Kapan saja, kecuali 5 hari yang dilarang. Hari -hari yang dilarang adalah 2 hari Raya dan 3 hari Tasyrik. Selain dari itu secara umum disunnahkan kita memperbanyak puasa. Adapun bulan Rajab adalah bulan mulia yang juga boleh kita berpuasa di dalamnya bahkan sangat dianjurkan seperti disebutkan dalam hadits shahih riwayat Abu Daud AS juz 2 hal. 322, petunjuk Rasulullah SAW untuk Abi Mujibah Al-Bahili seorang yang sangat rajin berpuasa agar berpuasa di bulan haram dengan sabdanya (yang artinya): Berpuasalah di bulan haram.” Ringkasnya, puasa di bulan Rajab adalah sangat dianjurkan dan ini adalah yang dikukuhkan oleh para ulama 4 Madzhab.

Adapun hadits-hadits tentang keutamaan puasa bulan Rajab yang sering dibawa oleh sebagian orang, banyak hadits-hadits palsu yang tidak boleh dihadirkan.

Kesimpulannya puasa bulan Rajab bukanlah bid’ah, akan tetapi sunnah. Justru yang  membid’ahkan itulah ahli bid’ah.

Untuk kesempurnaan jawaban ini, ada risalah kami yang berjudul KONTROVERSI PUASA RAJAB : SUNNAH ATAU BIDAH?”.

Wallahu alam bish-shawab.

 

KEMULIAAN DAN AMALAN BULAN MUHARRAM

KEMULIAAN DAN AMALAN BULAN MUHARRAM

Pertanyaan:

Assalamu’alaikum. Wr Wb. Apa saja keutamaan bulan Muharram dan amalan apa saja yang dianjurkan di bulan Muharram?

Jawaban:

Waalaikumussalam. Wr. Wb.

Bulan Muharram adalah salah satu dari 4 (empat)bulan mulia yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Amalan yang dianjurkan adalah semua amalan yang dianjurkan di bulan lain sangat dianjurkan di bulan ini, hanya saja ada amalan yang sangat dianjurkan secara khusus di bulan ini yaitu:

  1. Puasa tanggal 10 yang disebut dengan puasa Asyura, seperti yang telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori (No:1899) dan Imam Muslim (No:2653), dengan pahala akan diampuni dosa tahun yang lalu. (Muslim no:  2746)
  2. Sangat dianjurkan untuk ditambah agar bisa berpuasa di hari yang ke Sembilan, seperti yang telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (no: 2666).
  3. Lebih bagus lagi jika ditambah hari yang ke sebelas seperti disebutkan dalam sebuah riwayat dari sahabat Abdullah bin Abbas. (Ibnu Khuzaimah no: 2095)

Lebih dari itu berpuasa di sepanjang bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa, seperti disebutkan oleh Rasulullah SAW, dalam hadits yang disebutkan Imam Muslim,Sebaik baik puasa setelah bulan Ramadhan adalah puasa di bulan Muharam.” (Muslim no: 2755)

Wallahu alam bish-shawab.

 

HUKUM MEMBACA DOA KHUSUS PADA HARI RABU WEKASAN

HUKUM MEMBACA DOA KHUSUS PADA HARI RABU WEKASAN

Pertanyaan:

Assalamu‘alaikum Wr. Wb. Buya, bagaimana hukumnya membaca doa khusus dan sedekah-sedekah khusus pada hari Rabu Wekasan? Apakah amalan itu disyariatkan dan dicontohkan Nabi Muhammad SAW? Karena orang-orang kampung meyakini pada hari itu diturunkan bala dan bencana.

Jawaban:

Waalaikumussalam Wr. Wb.

RabuWekasanadalah istilah untuk hari Rabu  akhir bulan Shafar. Bulan Shafar tidak beda dengan bulan yang lainnya. Bukan bulan bencana dan bukan bulan sial. Kita tidak boleh mempercayai adanya bulan sial. Bulan sial adalah bulan seorang hamba melakukan kemaksiatan. Adapun berita tentang adanya ribuan bala bencana di hari itu bukanlah berita dari Nabi Muhammad SAW. Itu hanya ungkapan sebagian orang shaleh dan bukan hadits Nabi SAW.

Yang mau mempercayai perkataan orang shalih tidak salah (boleh), akan tetapi dengan 2 syarat:

  • Pertama, Jangan disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW
  • Kedua, Perkataan tersebut tidak bertentangan dengan syariat Nabi Muhammad SAW.

Tentang bala bencana bisa saja diucapkan oleh seorang shalih dari ilham. Masalah ilham telah disepakati keberadaannya seperti disebutkan dalam Al-Qur’an.

Bagi yang tidak mempercayai juga tidak ada masalah sebab kita tidak wajib percaya kepada orang yang mengaku mendapatkan ilham. Yang tidak diperkenankan adalah kurang ajar kepada orang shaleh. Artinya, bagi yang tidak percaya silahkan, asal tetap menjaga tatakrama kepada orang shaleh tersebut.

Bagi yang tidak mempercayai, berprasangka baiklah kepada Allah dengan sungguh-sungguh, semoga di hari Rabu Wekasan Allah turunkan rahmat kepada kita serta tingkatkan ibadah dan jauhi maksiat, agar Allah senantiasa menjaga kita. Bagi yang mempercayai juga tidak perlu cemas dan berprasangka buruk kepada Allah, sebab bencana apapun yang diturunkan hanya akan menimpa orang yang berprasangka buruk kepada Allah dan yang dikehendaki oleh Allah.

Adapun amalan yang seyogyanya dilakukan adalah tidak beda dengan amalan di hari-hari yang lainnya. Perbanyaklah sedekah, jangan tinggalkan di setiap hari untuk shalat hajat, agar dijauhkan dari bencana dan agar dikaruniai nikmat dan rahmat oleh Allah SWT.

Wallahu alam bish-shawab.

 

TUGAS ULAMA DI HADAPAN PARA CALON PEMIMPIN

TUGAS ULAMA DI HADAPAN PARA CALON PEMIMPIN
Oase Iman : Buya Yahya

Wahai para Ulama, anda di tengah-tengah umat adalah lentera yang harus menerangi jalan mereka. Penentu di tengah kebingungan mereka, seteguk air disaat dahaga mereka dan penyejuk hati dikala mereka gundah. Maka anda pun tidak boleh membuat mereka bingung, tak menentu arah, sesak dada dan akhirnya saling bermusuhan.

Di hadapan anda adalah para calon pemimpin yang siap beradu dan bersaing mencari pendukung demi kemenangan mereka. Tidak semua yang mereka lakukan adalah benar dan tidak semua yang mereka lakukan adalah salah. Disaat para calon pemimpin itu berbuat benar dalam meraih kemenangan tidaklah ada suatu kekhawatiran terhadap umat ini.

Akan tetapi, disaat mereka melakukan kesalahan maka korbannya adalah ummat. Maka disini fungsi ulama harus jelas sebagai guru umat dan guru semua para calon pemimpin tanpa terkecuali.

Anda bertanggung jawab di hadapan Allah Subhanahu wata’ala jika teledor kepada langkah mereka. Anda harus tampil sebagai guru yang sesungguhnya. Nilai anda sangat mahal, fungsi anda tidak bisa ditukar dengan rupiah, bangunan atau janji-janji para calon pemimpin.

Semestinyalah anda menjadi pembimbing mereka semua menuju kepemimpinan yang baik. Anda harus dekat kepada semuanya. Sebab mereka semua adalah hamba-hamba Allah Subhanahu wata’ala yang juga rindu surga Allah Subhanahu wata’ala.

Akan tetapi kadang buta jalan menujunya. Anda jangan menjadikan mereka semakin jauh dari ulama, karena fungsi anda tertutup oleh sikap dukung mendukung anda yang salah. Apalagi jika dukungan yang anda berikan adalah imbalan dari sebuah materi. Anda tidak boleh membuat dinding pemisah dengan peran memihak. Apalagi jika memihaknya anda karena kepentingan pribadi atau pesantren dan yayasan anda. Anda memihak bukan karena kebaikan yang anda lihat demi umat dan calon pemimpin.

Ajarilah mereka kejujuran dan ketulusan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Sayangilah mereka, sebab jalan mereka amat terjal dan penuh godaan. Jika mereka atau siapapun dari mereka yang menjadi pemimpin jauh dari anda, maka sungguh dikhawatikan mereka benar-benar terjerumus dalam ketersesatan.

Ulama dan pemimpin harus dekat. Dekat dalam irama rindu kepada Allah Subhanahu wata’ala. Ulama dekat dengan pemimpin karena ingin membimbing mereka dan bukan karena tamak pemberian dari mereka. Para pemimpin harus dekat dengan para ulama dalam irama mencari bimbingan menuju ridho Allah Subhanahu wata’ala dan bukan karena membeli ulama demi rencana busuk yang tersimpan di hatinya.

Marilah kita bersama-sama menghadap kepada Allah Subhanahu wata’ala, memohon dengan sungguh-sungguh dan penuh kekhusyu’an agar kita diberi pemimpin yang cinta kebaikaan dan semoga Allah Subhanahu wata’ala menjaga kita semua dari terjerumus dalam pengkhianatan. Khianat dari para pemimpin, khianat dari ummat yang memilih pemimpin dan khianat dari ulama yang tidak tulus membimbing umat dan para pemimpin.

Wallahu a’lam Bish-Showab.

ZIARAH CINTA


ZIARAH CINTA
Oase Iman : Buya yahya

Semarak hari raya Idul Fitri kita saksikan. Tradisi mudik, saling berziarah dan halal bi halal mewarnai suasana Idul Fitri di negeri tercinta ini yang sungguh membutuhkan biaya yang amat besar. Ada yang mereka cari, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka cari. Ada yang mereka rindukan, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka rindukan. Mereka mencari cinta di sela-sela kesibukannya. Mereka merindukan cinta di tengah-tengah kekerasan dan kebejatan sebagian bangsa manusia. Mereka tidak butuh gebyar lahir, marak hari raya dan berbagai tradisi yang tidak menghadirkan makna cinta.

Ada yang perlu dicermati, apa yang menjadikan cinta tidak kunjung terwujud dalam kebersamaan bangsa ini, kendati aktivitas lahir penyambung hati sudah dilaksanakan. Cinta tersembunyi dibalik tabir kedengkian, kesombongan dan kerakusan yang tak terkendalikan. Maka sesemarak apapun gebyar silaturahim lahir kita adakan, jika tabir-tabir tersebut tidak disingkap dan disingkirkan sungguh sinar cinta tidak kunjung memancar di hati kita.

Silaturahim adalah kalimat yang sering kita dengar, khususnya adalah disaat kita memasuki bulan fitri, dihari raya idul fitri. Sehingga apa yang kita dengar dengan arus mudik, berbondong-bondongnya orang pindah dari satu tempat ke tempat lain, berziarah kesana kemari adalah dalam irama mewujudkan makna silaturahim ini. Akan tetapi amal perbuatan seperti apapun besarnya, jika tidak diikuti dengan renungan dan niat yang baik, maka semuanya akan sia-sia.

Untuk melengkapi apa yang pernah kita lakukan dari tradisi yang mulia ini yaitu silaturahim, maka perlu dikukuhkan makna bahwa silaturahim ini adalah menghadirkan makna kerinduan saling cinta diantara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekedar basa-basi. Akan tetapi jika silaturahim kita ini hanya terbatas kepada basa-basi dzahir, hanya saling mengunjungi dan lain sebagainya, maka sesungguhnya belumlah ia sampai kepada silaturahim yang sesungguhnya.

Silaturahim itu adalah hal yang mendekatkan hati seseorang kepada orang lain, mendekatkan antara orang yang saling bermusuhan menjadi orang yang saling mencintai, orang yang saling dendam menjadi orang yang saling merelakan. Silaturahim yang benar adalah jika memang telah menumbuhkan rasa cinta diantara sesama. Sehingga hal yang demikian itu tidak cukup hanya dengan basa-basi sosial saling kunjung dan memberi hadiah, akan tetapi harus diikuti dengan renungan yang sesungguhnya.

Pertemuan itu bukan jaminan bersambungnya hati akan tetapi ternyata silaturahim yang sesungguhnya adalah seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya agar mendapatkan derajat yang besar di hadapan Allah Subhanahu wata’ala seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam “Demi Allah kalian tidak akan masuk surga kecuali sudah beriman dan tidak akan beriman secara sesungguhnya diantara kalian sehingga kalian saling mencintai”.

Saling mencintai itulah yang menghantarkan keindahan di hadapan Allah Subhanahu wata’ala. Yang sering berziarah kesana kemari jika tidak menghadirkan makna cinta adalah pekerjaan sia-sia. Maka yang harus kita tekankan saat ini adalah ziarah yang kita lakukan secara lahir harus ada buahnya, yaitu bertemunya hati dan saling cinta, dan cinta ini mempunyai tanda, diantaranya kita mudah untuk memaafkan kesalahan saudara kita, ikut merasakan sakit yang mereka rasakan dan merasa senang atas kegembiraan mereka. Ini semua adalah makna yang akan hadir setelah ada makna cinta di dalam hati.

Sungguh dua orang sahabat yang saling berziarah, dua-duanya adalah orang yang berkhianat jika ternyata tidak ada cinta di dalam hatinya. Untuk menumbuhkan rasa cinta ini adalah disamping kita berziarah secara dzahir, harus disertai dengan berziarah secara batin.

Ziarah secara batin ini lebih penting daripada ziarah secara dzahir. Ziarah secara batin ini adalah saling mendoakan kepada sesama kita disaat sesama kita itu tidak ada di hadapan kita. Mendoakan kepada sesama kita dengan doa-doa yang baik biarpun untuk orang yang memusuhi kita, itulah hakikat silaturahim.

Seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Bukanlah menyambung persaudaraan itu adalah membalas kebaikan seseorang, akan tetapi yang dimaksud menyambung silaturahim itu adalah jika hubungannya diputus ia memulai untuk menyambungnya, jika dia didzalimi sabar dan memohon maaf terlebh dahulu”. Ini adalah makna silaturahim.

Maka dari itu marilah kita hadirkan makna doa, doa baik yang sesungguhnya dengan tulus kepada Allah Subhanahu wata’ala untuk orang yang kita cintai dan orang-orang yang membenci dan mendengki kita sekalipun. Dengan inilah kebersihan hati akan segera kita rasakan dan akan terwujud hakikat silaturahim diantara kita.

Dengan hidup dalam kebersamaan dengan penuh kasih dan cinta tanpa dengki dan dendam. Begitu sebaliknya biarpun ziarah dzahir kita lakukan seribu kali dalam sehari tanpa diikuti dengan ziarah hati yang kami maksud maka tidaklah kita sampai kepada silaturahim yang sesungguhnya.

Wallahu A’lam Bishshowab.

TIDAK PUASA SAAT MUDIK, BOLEHKAH?


TIDAK PUASA SAAT MUDIK, BOLEHKAH?

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Ustadz Buya, benarkah kalu mudik itu bebas tidak puasa? Kalau mudiknya tidak begitu jauh, bagaimana Buya, apakah tetap boleh tidak puasa?

Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Semua orang yang bepergian boleh meninggalkan puasa dengan ketentuan sebagai berikut ini:

a. Tempat yang dituju dari tempat tinggalnya tidak kurang dari 84 km.

b. Di pagi (saat subuh) hari yang ia ingin tidak berpuasa ia harus sudah berada di perjalanan dan keluar dari wilayah tempat tinggalnya (minimal batas kecamatan).

Misal : Seseorang tinggal di Cirebon ingin pergi ke Semarang. Antara Cirebon – Semarang adalah 200 km (tidak kurang dari 84 km). Ia meninggalkan Cirebon jam 2 malam (sabtu dini hari). Subuh hari itu adalah jam 4 pagi. Pada jam 4 pagi (saat subuh) ia sudah keluar dari Cirebon dan masuk Brebes. Maka di pagi hari sabtunya ia sudah boleh
meninggalkan puasa.

Berbeda jika berangkatnya ke Semarang setelah masuk waktu Shubuh (Sabtu pagi setelah masuk waktu Shubuh masih di Cirebon), maka di pagi hari itu ia tidak boleh meninggalkan puasa karena sudah masuk Shubuh dan ia masih ada di rumah. Tetapi ia boleh meninggalkan puasa di hari Ahadnya, karena di Shubuh hari Ahad ia berada di luar wilayahnya.

Catatan:
Seseorang dalam bepergian akan dihukumi mukim (bukan musafir lagi) jika ia niat tinggal di suatu tempat lebih dari 4 hari. Misal orang yang pergi ke Semarang tersebut (dalam contoh) saat di Tegal ia sudah boleh berbuka dan setelah sampai di Semarang juga tetap boleh berbuka asalkan ia tidak bermaksud tinggal di Semarang lebih dari 4 hari.

Jika ia berniat tinggal di Semarang lebih dari 4 hari maka semenjak ia sampai Semarang ia sudah disebut mukim dan tidak boleh meninggalkan puasa dan juga tidak boleh mengqashar shalat. Untuk dihukumi mukim tidak harus menunggu 4 hari seperti kesalah pahaman yang terjadi pada sebagian orang, akan tetapi kapan ia sampai tempat tujuan yang ia niat akan tinggal lebih dari 4 hari ia sudah disebut mukim. Siapapun yang berada di perjalanan panjang (tujuannya tidak kurang dari 84 Km), maka saat di perjalanan ia boleh berbuka puasa dan boleh menjamak dan mengqashar shalat.
Wallahu a’lam bish-shawab.

BULETIN JUM’AT – YANG TERKUTUK DI BULAN RAMADHAN


YANG TERKUTUK DI BULAN RAMADHAN
Oleh: Buya Yahya

Suatu ketika Rasulullah SAW naik ke atas mimbar kemudian beliau mengucapkan kalimat “amin…“ yang pertama. Kemudian mengucapkan kalimat “amin” yang kedua. Kemudian mengucapkan kalimat “amin” yang ketiga. Setelah selesai berkhutbah para sahabat Nabi SAW bertanya tentang “amin” yang diucapkan oleh Rasul SAW: “Siapa yang berdoa dan didoakan sehingga Rasulullah mengamininya?”

Kemudian Nabi SAW menjawab bahwa beliau kedatangan malaikat Jibril, dan malaikat Jibril mengatakan: “Semoga akan masuk neraka dan terkutuk seseorang yang sempat menemui kedua orang tuanya akan tetapi tidak sempat untuk mengabdi dan memuliakannya.” Menjadi terkutuk dan masuk neraka karena orang tua adalah lahan pengampunan dari Allah SWT, maka yang tidak mengabdi kepada orang tua sesungguhnya ia telah menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan pengampunan dari Allah SWT.

“Amin..” yang kedua adalah orang yang mendengar nama Nabi SAW disebutkan akan tetapi tidak mengucapkan sholawat kepada beliau. Maka orang tersebut adalah orang yang terkutuk. Karena sholawat kepada Nabi SAW adalah pintu yang amat lebar untuk mendapatkan syafa’at Nabi SAW.

Kemudian “amin”. yang ketiga adalah orang yang didoakan oleh malikat Jibril sebagai orang yang terkutuk karena orang tersebut sempat menemui bulan Ramadhan dan ia keluar dari bulan Ramadhan ternyata dosanya belum diampuni oleh Allah SWT. Sebab bulan Ramadhan adalah bulan pengampunan, bulan rahmat keridhoan Allah SWT. Akan tetapi di bulan Ramadhan dia tidak berusaha untuk meningkatkan kualiatas ibadahnya dan tidak ada usaha untuk mengurangi kemaksiatan.

Rasulullah saat itu bercerita tentang sesuatu yang akan terjadi di masa-masa mendatang, akan adanya orang celaka dan terkutuk di bulan suci Ramadhan. Yaitu orang yang tidak pernah peduli dengan bulan mulia ini. Sebelum Ramadhan tidak ada semangat untuk menyambutnya dan disaat Ramadhan tiba tidak bersyukur akan nikmat kesempatan bisa masuk bulan ramadhan ini. Sehingga amal baik pun tidak segera ditingkatkan dan maksiat pun tidak berusaha untuk dikurangi.

Disebutkan juga oleh para Ulama bahwa tanda orang yang akan mati dalam kemuliaan iman (khusnul khotimah) adalah orang yang berusaha untuk membuat perubahan dalam dirinya di dalam bulan suci Ramadhan agar menjadi lebih baik dari sebelum Ramadhan.

Dan tanda orang yang akan mati dalam keadaan celaka (su’ul khotimah) adalah orang yang di saat Ramadhan tiba tidak menghargai bulan mulia ini. Tidak ada upaya untuk menigkatkan amal baik di bulan Ramadhan. Segala kemaksiatan yang dilakukan di luar Ramadhan dengan mudahnya ia lakukan di saat berada di bulan suci Ramadhan.

Selagi ada kesempatan di bulan Ramadhan ini mari kita berusaha agar tidak tergolong sebagai orang yang celaka, terkutuk dan su’ul khotimah. Kita tingkatkan ibadah kita. Berjuang menjauhi kemaksiatan serta menjauhi kedhzoliman kepada sesama dengan bersabar melawan hawa nafsu yang senantiasa mengajak kepada kekejian.

Sebelum terlambat, umur ada batasnya dan nafas sudah ada jatahnya. Belum tentu kita bisa menemui Ramadhan di tahun depan. Dengan memohon kepada Allah SWT semoga Allah memberi kepada kita umur panjang dalam ketaatan serta sehat wal’afiat hingga bisa bertemu Ramadhan yang akan datang. Mari kita isi Ramadhan ini dengan renungan akan dosa-dosa kita kepada Allah, dosa pada sesama. Sekaligus berusaha memohon ampun kepada Allah dan kepada sesama. Serta kita tingkatkan ibadah kita dan menjalin keindahan dengan sesama. Wallahu a’lam Bish-Showab.

————————————————————————————————————

BULETIN JUM’AT MAJELIS AL-BAHJAH

Mari bergabung dalam program mulia dengan segala kemampuan kita untuk dakwah Risalah Nabi yang mulia!

DOWNLOAD -> PRINT -> PERBANYAK / CETAK -> SEBARKAN SELUAS-LUASNYA

Buletin Jum’at Majelis Al-Bahjah (Risalah Oleh: Buya Yahya) Klik link berikut dan Pilih Download:

087.BULETIN JUM’AT YANG TERKUTUK DI BULAN RAMADHAN

BULETIN JUM’AT MAJELIS AL-BAHJAH – PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

BULETIN JUM’AT MAJELIS AL-BAHJAH

Mari bergabung dalam program mulia dengan segala kemampuan kita untuk dakwah Risalah Nabi yang mulia!

DOWNLOAD -> PRINT -> PERBANYAK / CETAK -> SEBARKAN SELUAS-LUASNYA

Buletin Jum’at Majelis Al-Bahjah (Risalah Oleh: Buya Yahya)
Klik link berikut (Pdf File) :
086.BULETIN JUM’AT RAMADHAN

LIKE, TAG & SHARE…

PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Bulan agung segera tiba, bulan mulia segera datang, di bulan itulah Allah SWT memuliakan banyak sekali dari hamba-hamba-Nya. Yang akan mendapatkan kemuliaan di bulan suci Ramadhan adalah hamba-hamba yang tahu keagungan Ramadhan. Yang mendapatkan keagungan di bulan suci Ramadhan adalah hamba-hamba yang benar-benar menyambut berita gembira kabar datangnya bulan suci Ramadhan, bulan penuh pengampunan, bulan penuh rahmat dari Allah SWT, bulan yang Allah SWT membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka. Sungguh itu adalah bulan keberuntungan.

Sangat rugi orang yang bisa bertemu dengan bulan suci Ramadhan akan tetapi dia bukan termasuk orang yang diampuni, bukan termasuk orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT, bukan termasuk orang yang mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi. Suatu ketika Rasulullah SAW berada di mimbar, lalu mengatakan kalimat, “Amin.” Lalu para sahabat Nabi bertanya, “Siapa yang didoakan dan siapa yang berdoa?” Rasulullah SAW menjawab: “Malaikat Jibril As berkata: Orang yang memasuki bulan ramadhan akan tetapi belum diampuni dosanya oleh Allah SWT, sungguh ia adalah hamba yang terkutuk.” Kemudian Aku (Nabi SAW) katakan “Amin.” Artinya, ada orang memasuki bulan suci Ramadhan akan tetapi tidak ada semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan. Maka orang-orang seperti ini termasuk orang-orang yang terkutuk dan tidak beruntung. Karena di bulan Ramadhan Allah SWT memberikan diskon besar-besaran kepada hamba-Nya. Semua amal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT dengan lipat ganda yang tidak pernah ada kecuali di bulan suci Ramadhan.

Ini adalah termasuk kemuliaan dan keistimewaan umat Nabi Muhammad SAW, seperti yang pernah diadukan oleh sahabat Nabi, bahwa umat Nabi Muhammad ini umurnya pendak-pendek, sementara umat-umat terdahulu umurnya panjang. Jika mereka itu shaleh tentu pangkat mereka akan tinggi karena bisa melakukan ibadah yang amat panjang. Akan tetapi dijawab oleh Rasulullah SAW dengan jawaban yang indah, “Memang umatku adalah usianya pendek, akan tetapi Allah telah memberikannya Ramadhan dan juga Allah telah memberikannya lailatul qadar yang Allah SWT akan melipat gandakan pahala amal ibadah umat islam pada bulan Ramadhan dan lailatullqadar.” Maka dari itu, jangan sampai ada dari kita yang tertinggal dari rombongan orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan. Jangan sampai ada diantara kita ini orang yang lalai dengan Ramadhan. Dalam menyambut bulan Ramadhan kita harus mempersiapkan dengan dua persiapan, persiapan lahir dan batin:

Pertama: Persiapan lahir. Persiapan lahir adalah dengan melihat di sekitar kita dan mencari sebab-sebab yang menjadikan kita dekat dan khusyuk kepada Allah SWT. Fasilitas dhahir mulai dari mushaf, baju, mushalla, termasuk kebutuhan-kebutuhan yang ada di rumah kita, jika ada yang kurang mari kita penuhi. Persiapkan jadwal-jadwal untuk amal ibadah yang harus kita laksanakan di bulan suci Ramadhan. Jangan sampai waktu bulan suci Ramadhan ini berlalu begitu saja. Jika kita tidak berfikir apa yang akan kita lakukan, amat sulit bagi kita untuk melakukannya jika tiba waktunya. Akan tetapi tanda bahwa kita rindu dan mengagungkan bulan suci Ramadhan dan tanda bahwasanya kita ingin diagungkan oleh Allah SWT, maka saat ini harus kita rencanakan amal-amal ibadah yang akan kita lakukan. Termasuk urusan dunia yang harus kita lakukan pun harus dimasukan di dalam jadwal kita untuk melaksanakan amal akhirat. Kalau kita telah rinci dan rapi dalam menyusun sebuah rencana, maka sesungguhnya kita tinggal melaksanakannya. Rencana yang kita susun itu tidak lain adalah tanda bahwasanya kita rindu kepada Ramadhan, yang artinya juga rindu kepada Allah SWT.

Yang bekerja jangan sampai lupa, bahwa mencari nafkah adalah sangat mulia, kalau memang didasarkan atau niat yang benar karena Allah SWT. Kalau orang yang bekerja mungkin sulit untuk melakukan shalat atau membaca Al Qur’an, akan tetapi jangan sampai mulut ini diam dari dzikir kepada Allah SWT. Yang berada dipasar-pasar pun demikian, berhenti menghindari omongan yang kotor lalu merubah lidah kita dengan menyebut nama Allah SWT. Ini adalah tanda bahwa kita adalah orang yang mengerti keagungan bulan suci Ramadhan dan masih banyak yang lainnya. Kegiatan-kegiatan yang kita lakukan harus kita atur dan kita rapikan. Jangan sampai kita ini melakukan suatu pekerjaan yang tidak penting di saat-saat kita harus membaca al Qur’an dan melakukan ibadah tarawih dan sebagainya. Ini adalah termasuk tanda bahwasanya kita mengagungkan bulan suci Ramadhan.

Kedua adalah persiapan batin. Persiapan batin di sini artinya, kita harus benar-benar mempersiapkan hati kita, agar kita bisa beruntung di bulan suci Ramadhan.

Mempersiapkan hati dengan ketulusan mengabdi kepada Allah, menghilangkan ketakaburan dan menghilangkan rasa dengki. Karena takabur atau sombong, dengki dan iri itu hanya akan menjadikan kita melakukan ibadah puasa terasa berat dan tidak diterima oleh Allah SWT. Berat karena capek hati, sebab hati kita kotor, mendengki orang lain, melihat orang lain mendapat nikmat sakit hingga akhirnya menggunjing orang yang kita dengki. Takabur dengan merasa kita ini lebih dari yang lainnya, sehingga muncul di hati kita rasa mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi atau bahkan meremehkan orang lain. Hal yang semacam ini adalah sangat menyakitkan hati, karena penyakit-penyakit semacam ini biarpun kita tidak bersentuhan fisik dengan orang-orang yang kita benci atau orang yang kita dengki. Khususnya jika hal ini terjadi kepada orang-orang yang sangat dekat kepada kita, baik itu orang tua, suami, istri, saudara, anak dan lain sebagainya. Kedengkian, ketakaburan dan kebencian yang muncul di antara kita, di antara orang-orang yang dekat adalah sangat pedih dirasakan. Akan tetapi jika kita ingin menjadi orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan, haruslah kita ini menyingkirkan yang demikian itu. Jangan sampai kita berlalut-larut di dalam kehinaan, berlarut-larut di dalam kekotoran hati seperti ini. Maka mulai saat ini, mari kita membersihkan hati kita, kita pangkas kesombongan dan kita pangkas kedengkian dan dendam dengan cara seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu:

Yang pertama adalah kita selalu koreksi ke dalam diri kita. Jangan merasa bahwasanya kita tidak punya penyakit
hati. Kita harus selalu terus mencermati hati kita dan mencermati hawa nafsu kita. Jangan sampai kita lalai mengontrol hawa nafsu kita. Yang lalai mengontrolnya maka akan terjerumus. Tetapi kalau kita selalu mengontrol, diri kita pun akan selamat. Lebih dari itu, ini adalah makna perintah Allah SWT yang dijelaskan oleh para ulama bahwa segala ilmu yang kita peroleh adalah untuk menjaga diri kita sendiri sebelum orang lain. Kalau sudah diri kita baik, kita menata diri kita, baru saat itu kita melihat orang-orang yang berada di sekitar kita.

Kemudian yang kedua adalah mari kita saling berdoa diantara kita, jangan sampai kita pelit berdoa. Termasuk marilah kita berdoa dengan segala kebaikan terhadap orang-orang yang bermasalah dengan kita. Orang yang kita dengki, orang yang kita benci, orang yang kita dendami, orang yang bermusuhan dengan kita, orang yang berbohong kepada kita, orang yang berbuat curang (dzalim) kepada kita, kita doakan semuanya dengan doa-doa yang baik-baik. Itu adalah pembersih hati kita dan lebih dari itu Allah SWT akan mengagungkan orang yang senantiasa berjuang untuk memerangi hawa nafsunya yang penuh dengan kekotoran itu. Disaat kita sudah berusaha membersihkan hati kita yang demikian ini, maka Ramadhan akan lebih bermakna. Kita akan merasakan keindahan dalam bulan Ramadhan. Diantara suami istri tetap mesra dan indah, sangat mudah untuk melakukan ibadah. Kakak beradik yang mesra sangat mudah untuk melakukan tegur menegur di dalam meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan dan akhlak yang mulia. Begitu juga kita dengan tetangga. Kalau sudah hati kita tertata, tidak ada kesombongan tidak ada saling meremehkan, yang ada adalah kerinduan untuk menyampaikan kebaikan, maka sungguh di saat itu sangat mudah bagi kita untuk mewujudkan dan menghadirkan ibadah-ibadah di bulan suci Ramadhan.

Dengan begitu maka kita akan menjadi orang-orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan. Keluar di bulan suci Ramadhan menjadi orang yang bertaqwa, yang hakikat taqwa itu adalah kita semakin baik kepada Allah dan semakin baik kepada sesama manusia. Yang baik kepada Allah SWT tidak baik kepada manusia, bukanlah orang yang bertaqwa dan yang baik kepada manusia saja, tapi ternyata tidak khusyuk kepada Allah SWT dan tidak rindu kepada Allah SWT bukanlah orang yang bertaqwa. Taqwa adalah gabungan dua makna keharmonisan dan keindahan kepada Allah SWT, sekaligus keharmonisan dan keindahan kepada sesama manusia yang dalam hal ini adalah buah manfaat puasa yang kita lakukan seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an. Wallahu a’lam bish-shawab.

PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN


PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Buya, apa yang harus dipersiapkan bagi setiap muslim menghadapi bulan Ramadhan? Sebab saya sadar bahwa banyak yang harus dilakukan dibulan suci ini.

Jawaban:
Wa’alaikumussalam Wr. Wb.
Bulan agung segera tiba, bulan mulia segera datang, di bulan itulah Allah SWT memuliakan banyak sekali dari hamba-hamba-Nya. Yang akan mendapatkan kemuliaan di bulan suci Ramadhan adalah hamba-hamba yang tahu keagungan Ramadhan. Yang mendapatkan keagungan di bulan suci Ramadhan adalah hamba-hamba yang benar-benar menyambut berita gembira kabar datangnya bulan suci Ramadhan, bulan penuh pengampunan, bulan penuh rahmat dari Allah SWT, bulan yang Allah SWT membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka. Sungguh itu adalah bulan keberuntungan.

Sangat rugi orang yang bisa bertemu dengan bulan suci Ramadhan akan tetapi dia bukan termasuk orang yang diampuni, bukan termasuk orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT, bukan termasuk orang yang mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi. Suatu ketika Rasulullah SAW berada di mimbar, lalu mengatakan kalimat, “Amin.” Lalu para sahabat Nabi bertanya, “Siapa yang didoakan dan siapa yang berdoa?” Rasulullah SAW menjawab: “Malaikat Jibril As berkata: Orang yang memasuki bulan ramadhan akan tetapi belum diampuni dosanya oleh Allah SWT, sungguh ia adalah hamba yang terkutuk.” Kemudian Aku (Nabi SAW) katakan “Amin.” Artinya, ada orang memasuki bulan suci Ramadhan akan tetapi tidak ada semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan. Maka orang-orang seperti ini termasuk orang-orang yang terkutuk dan tidak beruntung. Karena di bulan Ramadhan Allah SWT memberikan diskon besar-besaran kepada hamba-Nya. Semua amal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT dengan lipat ganda yang tidak pernah ada kecuali di bulan suci Ramadhan.

Ini adalah termasuk kemuliaan dan keistimewaan umat Nabi Muhammad SAW, seperti yang pernah diadukan oleh sahabat Nabi, bahwa umat Nabi Muhammad ini umurnya pendak-pendek, sementara umat-umat terdahulu umurnya panjang. Jika mereka itu shaleh tentu pangkat mereka akan tinggi karena bisa melakukan ibadah yang amat panjang. Akan tetapi dijawab oleh Rasulullah SAW dengan jawaban yang indah, “Memang umatku adalah usianya pendek, akan tetapi Allah telah memberikannya Ramadhan dan juga Allah telah memberikannya lailatul qadar yang Allah SWT akan melipat gandakan pahala amal ibadah umat islam pada bulan Ramadhan dan lailatullqadar.” Maka dari itu, jangan sampai ada dari kita yang tertinggal dari rombongan orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan. Jangan sampai ada diantara kita ini orang yang lalai dengan Ramadhan.

Dalam menyambut bulan Ramadhan kita harus mempersiapkan dengan dua persiapan, persiapan lahir dan batin:

Pertama: Persiapan lahir. Persiapan lahir adalah dengan melihat di sekitar kita dan mencari sebab-sebab yang menjadikan kita dekat dan khusyuk kepada Allah SWT. Fasilitas dhahir mulai dari mushaf, baju, mushalla, termasuk kebutuhan-kebutuhan yang ada di rumah kita, jika ada yang kurang mari kita penuhi.

Persiapkan jadwal-jadwal untuk amal ibadah yang harus kita laksanakan di bulan suci Ramadhan. Jangan sampai waktu bulan suci Ramadhan ini berlalu begitu saja. Jika kita tidak berfikir apa yang akan kita lakukan, amat sulit bagi kita untuk melakukannya jika tiba waktunya. Akan tetapi tanda bahwa kita rindu dan mengagungkan bulan suci Ramadhan dan tanda bahwasanya kita ingin diagungkan oleh Allah SWT, maka saat ini harus kita rencanakan amal-amal ibadah yang akan kita lakukan. Termasuk urusan dunia yang harus kita lakukan pun harus dimasukan di dalam jadwal kita untuk melaksanakan amal akhirat. Kalau kita telah rinci dan rapi dalam menyusun sebuah rencana, maka sesungguhnya kita tinggal melaksanakannya. Rencana yang kita susun itu tidak lain adalah tanda bahwasanya kita rindu kepada Ramadhan, yang artinya juga rindu kepada Allah SWT.

Yang bekerja jangan sampai lupa, bahwa mencari nafkah adalah sangat mulia, kalau memang didasarkan atau niat yang benar karena Allah SWT. Kalau orang yang bekerja mungkin sulit untuk melakukan shalat atau membaca Al Qur’an, akan tetapi jangan sampai mulut ini diam dari dzikir kepada Allah SWT. Yang berada dipasar-pasar pun demikian, berhenti menghindari omongan yang kotor lalu merubah lidah kita dengan menyebut nama Allah SWT. Ini adalah tanda bahwa kita adalah orang yang mengerti keagungan bulan suci Ramadhan dan masih banyak yang lainnya. Kegiatan-kegiatan yang kita lakukan harus kita atur dan kita rapikan. Jangan sampai kita ini melakukan suatu pekerjaan yang tidak penting di saat-saat kita harus membaca al Qur’an dan melakukan ibadah tarawih dan sebagainya. Ini adalah termasuk tanda bahwasanya kita mengagungkan bulan suci Ramadhan.

Kedua adalah persiapan batin. Persiapan batin di sini artinya, kita harus benar-benar mempersiapkan hati kita, agar kita bisa beruntung di bulan suci Ramadhan.

Mempersiapkan hati dengan ketulusan mengabdi kepada Allah, menghilangkan ketakaburan dan menghilangkan rasa dengki. Karena takabur atau sombong, dengki dan iri itu hanya akan menjadikan kita melakukan ibadah puasa terasa berat dan tidak diterima oleh Allah SWT. Berat karena capek hati, sebab hati kita kotor, mendengki orang lain, melihat orang lain mendapat nikmat sakit hingga akhirnya menggunjing orang yang kita dengki. Takabur dengan merasa kita ini lebih dari yang lainnya, sehingga muncul di hati kita rasa mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi atau bahkan meremehkan orang lain. Hal yang semacam ini adalah sangat menyakitkan hati, karena penyakit-penyakit semacam ini biarpun kita tidak bersentuhan fisik dengan orang-orang yang kita benci atau orang yang kita dengki. Khususnya jika hal ini terjadi kepada orang-orang yang sangat dekat kepada kita, baik itu orang tua, suami, istri, saudara, anak dan lain sebagainya. Kedengkian, ketakaburan dan kebencian yang muncul di antara kita, di antara orang-orang yang dekat adalah sangat pedih dirasakan. Akan tetapi jika kita ingin menjadi orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan, haruslah kita ini menyingkirkan yang demikian itu. Jangan sampai kita berlalut-larut di dalam kehinaan, berlarut-larut di dalam kekotoran hati seperti ini.

Maka mulai saat ini, mari kita membersihkan hati kita, kita pangkas kesombongan dan kita pangkas kedengkian dan dendam dengan cara seperti yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW, yaitu:

Yang pertama adalah kita selalu koreksi ke dalam diri kita. Jangan merasa bahwasanya kita tidak punya penyakit
hati. Kita harus selalu terus mencermati hati kita dan mencermati hawa nafsu kita. Jangan sampai kita lalai mengontrol hawa nafsu kita. Yang lalai mengontrolnya maka akan terjerumus. Tetapi kalau kita selalu mengontrol, diri kita pun akan selamat. Lebih dari itu, ini adalah makna perintah Allah SWT yang dijelaskan oleh para ulama bahwa segala ilmu yang kita peroleh adalah untuk menjaga diri kita sendiri sebelum orang lain. Kalau sudah diri kita baik, kita menata diri kita, baru saat itu kita melihat orang-orang yang berada di sekitar kita.

Kemudian yang kedua adalah mari kita saling berdoa diantara kita, jangan sampai kita pelit berdoa. Termasuk marilah kita berdoa dengan segala kebaikan terhadap orang-orang yang bermasalah dengan kita. Orang yang kita dengki, orang yang kita benci, orang yang kita dendami, orang yang bermusuhan dengan kita, orang yang berbohong kepada kita, orang yang berbuat curang (dzalim) kepada kita, kita doakan semuanya dengan doa-doa yang baik-baik. Itu adalah pembersih hati kita dan lebih dari itu Allah SWT akan mengagungkan orang yang senantiasa berjuang untuk memerangi hawa nafsunya yang penuh dengan kekotoran itu. Disaat kita sudah berusaha membersihkan hati kita yang demikian ini, maka Ramadhan akan lebih bermakna. Kita akan merasakan keindahan dalam bulan Ramadhan. Diantara suami istri tetap mesra dan indah, sangat mudah untuk melakukan ibadah. Kakak beradik yang mesra sangat mudah untuk melakukan tegur menegur di dalam meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan dan akhlak yang mulia. Begitu juga kita dengan tetangga. Kalau sudah hati kita tertata, tidak ada kesombongan tidak ada saling meremehkan, yang ada adalah kerinduan untuk menyampaikan kebaikan, maka sungguh di saat itu sangat mudah bagi kita untuk mewujudkan dan menghadirkan ibadah-ibadah di bulan suci Ramadhan.

Dengan begitu maka kita akan menjadi orang-orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan. Keluar di bulan suci Ramadhan menjadi orang yang bertaqwa, yang hakikat taqwa itu adalah kita semakin baik kepada Allah dan semakin baik kepada sesama manusia. Yang baik kepada Allah SWT tidak baik kepada manusia, bukanlah orang yang bertaqwa dan yang baik kepada manusia saja, tapi ternyata tidak khusyuk kepada Allah SWT dan tidak rindu kepada Allah SWT bukanlah orang yang bertaqwa. Taqwa adalah gabungan dua makna keharmonisan dan keindahan kepada Allah SWT, sekaligus keharmonisan dan keindahan kepada sesama manusia yang dalam hal ini adalah buah manfaat puasa yang kita lakukan seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an.

Wallahu a’lam bish-shawab.

BULETIN JUM’AT MAJELIS AL-BAHJAH

BULETIN JUM’AT MAJELIS AL-BAHJAH

Mari bergabung dalam program mulia dengan segala kemampuan kita untuk dakwah Risalah Nabi yang mulia!

DOWNLOAD -> PRINT -> PERBANYAK / CETAK -> SEBARKAN SELUAS-LUASNYA

Buletin Jum’at Majelis Al-Bahjah (Risalah Oleh: Buya Yahya)

Klik link berikut dan Pilih Download:

085.BULETIN JUM’AT RAMADHAN

PERSIAPAN MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

Bulan agung segera tiba, bulan mulia segera datang, di bulan itulah Allah SWT memuliakan banyak sekali dari hamba-hamba-Nya. Yang akan mendapatkan kemuliaan di bulan suci Ramadhan adalah hamba-hamba yang tahu keagungan Ramadhan. Yang mendapatkan keagungan di bulan suci Ramadhan adalah hamba-hamba yang benar-benar menyambut berita gembira kabar datangnya bulan suci Ramadhan, bulan penuh pengampunan, bulan penuh rahmat dari Allah SWT, bulan yang Allah SWT membebaskan hamba-hamba-Nya dari api neraka. Sungguh itu adalah bulan keberuntungan.

Sangat rugi orang yang bisa bertemu dengan bulan suci Ramadhan akan tetapi dia bukan termasuk orang yang diampuni, bukan termasuk orang yang mendapatkan rahmat dari Allah SWT, bukan termasuk orang yang mendapatkan keridhaan dari Allah SWT. Seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi. Suatu ketika Rasulullah SAW berada di mimbar, lalu mengatakan kalimat, “Amin.” Lalu para sahabat Nabi bertanya, “Siapa yang didoakan dan siapa yang berdoa?” Rasulullah SAW menjawab: “Malaikat Jibril As berkata: Orang yang memasuki bulan ramadhan akan tetapi belum diampuni dosanya oleh Allah SWT, sungguh ia adalah hamba yang terkutuk.” Kemudian Aku (Nabi SAW) katakan “Amin.” Artinya, ada orang memasuki bulan suci Ramadhan akan tetapi tidak ada semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan. Maka orang-orang seperti ini termasuk orang-orang yang terkutuk dan tidak beruntung. Karena di bulan Ramadhan Allah SWT memberikan diskon besar-besaran kepada hamba-Nya. Semua amal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT dengan lipat ganda yang tidak pernah ada kecuali di bulan suci Ramadhan.

Ini adalah termasuk kemuliaan dan keistimewaan umat Nabi Muhammad SAW, seperti yang pernah diadukan oleh sahabat Nabi, bahwa umat Nabi Muhammad ini umurnya pendak-pendek, sementara umat-umat terdahulu umurnya panjang. Jika mereka itu shaleh tentu pangkat mereka akan tinggi karena bisa melakukan ibadah yang amat panjang. Akan tetapi dijawab oleh Rasulullah SAW dengan jawaban yang indah, “Memang umatku adalah usianya pendek, akan tetapi Allah telah memberikannya Ramadhan dan juga Allah telah memberikannya lailatul qadar yang Allah SWT akan melipat gandakan pahala amal ibadah umat islam pada bulan Ramadhan dan lailatullqadar.” Maka dari itu, jangan sampai ada dari kita yang tertinggal dari rombongan orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan. Jangan sampai ada diantara kita ini orang yang lalai dengan Ramadhan. Dalam menyambut bulan Ramadhan kita harus mempersiapkan dengan dua persiapan, persiapan lahir dan batin:

Pertama: Persiapan lahir. Persiapan lahir adalah dengan melihat di sekitar kita dan mencari sebab-sebab yang menjadikan kita dekat dan khusyuk kepada Allah SWT. Fasilitas dhahir mulai dari mushaf, baju, mushalla, termasuk kebutuhan-kebutuhan yang ada di rumah kita, jika ada yang kurang mari kita penuhi. Persiapkan jadwal-jadwal untuk amal ibadah yang harus kita laksanakan di bulan suci Ramadhan. Jangan sampai waktu bulan suci Ramadhan ini berlalu begitu saja. Jika kita tidak berfikir apa yang akan kita lakukan, amat sulit bagi kita untuk melakukannya jika tiba waktunya. Akan tetapi tanda bahwa kita rindu dan mengagungkan bulan suci Ramadhan dan tanda bahwasanya kita ingin diagungkan oleh Allah SWT, maka saat ini harus kita rencanakan amal-amal ibadah yang akan kita lakukan. Termasuk urusan dunia yang harus kita lakukan pun harus dimasukan di dalam jadwal kita untuk melaksanakan amal akhirat. Kalau kita telah rinci dan rapi dalam menyusun sebuah rencana, maka sesungguhnya kita tinggal melaksanakannya. Rencana yang kita susun itu tidak lain adalah tanda bahwasanya kita rindu kepada Ramadhan, yang artinya juga rindu kepada Allah SWT.

Yang bekerja jangan sampai lupa, bahwa mencari nafkah adalah sangat mulia, kalau memang didasarkan atau niat yang benar karena Allah SWT. Kalau orang yang bekerja mungkin sulit untuk melakukan shalat atau membaca Al Qur’an, akan tetapi jangan sampai mulut ini diam dari dzikir kepada Allah SWT. Yang berada dipasar-pasar pun demikian, berhenti menghindari omongan yang kotor lalu merubah lidah kita dengan menyebut nama Allah SWT. Ini adalah tanda bahwa kita adalah orang yang mengerti keagungan bulan suci Ramadhan dan masih banyak yang lainnya. Kegiatan-kegiatan yang kita lakukan harus kita atur dan kita rapikan. Jangan sampai kita ini melakukan suatu pekerjaan yang tidak penting di saat-saat kita harus membaca al Qur’an dan melakukan ibadah tarawih dan sebagainya. Ini adalah termasuk tanda bahwasanya kita mengagungkan bulan suci Ramadhan.

Kedua adalah persiapan batin. Persiapan batin di sini artinya, kita harus benar-benar mempersiapkan hati kita, agar kita bisa beruntung di bulan suci Ramadhan.
Mempersiapkan hati dengan ketulusan mengabdi kepada Allah, menghilangkan ketakaburan dan menghilangkan rasa dengki. Karena takabur atau sombong, dengki dan iri itu hanya akan menjadikan kita melakukan ibadah puasa terasa berat dan tidak diterima oleh Allah SWT. Berat karena capek hati, sebab hati kita kotor, mendengki orang lain, melihat orang lain mendapat nikmat sakit hingga akhirnya menggunjing orang yang kita dengki. Takabur dengan merasa kita ini lebih dari yang lainnya, sehingga muncul di hati kita rasa mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi atau bahkan meremehkan orang lain. Hal yang semacam ini adalah sangat menyakitkan hati, karena penyakit-penyakit semacam ini biarpun kita tidak bersentuhan fisik dengan orang-orang yang kita benci atau orang yang kita dengki. Khususnya jika hal ini terjadi kepada orang-orang yang sangat dekat kepada kita, baik itu orang tua, suami, istri, saudara, anak dan lain sebagainya. Kedengkian, ketakaburan dan kebencian yang muncul di antara kita, di antara orang-orang yang dekat adalah sangat pedih dirasakan. Akan tetapi jika kita ingin menjadi orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan, haruslah kita ini menyingkirkan yang demikian itu. Jangan sampai kita berlalut-larut di dalam kehinaan, berlarut-larut di dalam kekotoran hati seperti ini. Maka mulai saat ini, mari kita membersihkan hati kita, kita pangkas kesombongan dan kita pangkas kedengkian dan dendam dengan cara seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu:

Yang pertama adalah kita selalu koreksi ke dalam diri kita. Jangan merasa bahwasanya kita tidak punya penyakit hati. Kita harus selalu terus mencermati hati kita dan mencermati hawa nafsu kita. Jangan sampai kita lalai mengontrol hawa nafsu kita. Yang lalai mengontrolnya maka akan terjerumus. Tetapi kalau kita selalu mengontrol, diri kita pun akan selamat. Lebih dari itu, ini adalah makna perintah Allah SWT yang dijelaskan oleh para ulama bahwa segala ilmu yang kita peroleh adalah untuk menjaga diri kita sendiri sebelum orang lain. Kalau sudah diri kita baik, kita menata diri kita, baru saat itu kita melihat orang-orang yang berada di sekitar kita.

Kemudian yang kedua adalah mari kita saling berdoa diantara kita, jangan sampai kita pelit berdoa. Termasuk marilah kita berdoa dengan segala kebaikan terhadap orang-orang yang bermasalah dengan kita. Orang yang kita dengki, orang yang kita benci, orang yang kita dendami, orang yang bermusuhan dengan kita, orang yang berbohong kepada kita, orang yang berbuat curang (dzalim) kepada kita, kita doakan semuanya dengan doa-doa yang baik-baik. Itu adalah pembersih hati kita dan lebih dari itu Allah SWT akan mengagungkan orang yang senantiasa berjuang untuk memerangi hawa nafsunya yang penuh dengan kekotoran itu. Disaat kita sudah berusaha membersihkan hati kita yang demikian ini, maka Ramadhan akan lebih bermakna. Kita akan merasakan keindahan dalam bulan Ramadhan. Diantara suami istri tetap mesra dan indah, sangat mudah untuk melakukan ibadah. Kakak beradik yang mesra sangat mudah untuk melakukan tegur menegur di dalam meningkatkan kualitas keimanan, ketaqwaan dan akhlak yang mulia. Begitu juga kita dengan tetangga. Kalau sudah hati kita tertata, tidak ada kesombongan tidak ada saling meremehkan, yang ada adalah kerinduan untuk menyampaikan kebaikan, maka sungguh di saat itu sangat mudah bagi kita untuk mewujudkan dan menghadirkan ibadah-ibadah di bulan suci Ramadhan.

Dengan begitu maka kita akan menjadi orang-orang yang beruntung di bulan suci Ramadhan. Keluar di bulan suci Ramadhan menjadi orang yang bertaqwa, yang hakikat taqwa itu adalah kita semakin baik kepada Allah dan semakin baik kepada sesama manusia. Yang baik kepada Allah SWT tidak baik kepada manusia, bukanlah orang yang bertaqwa dan yang baik kepada manusia saja, tapi ternyata tidak khusyuk kepada Allah SWT dan tidak rindu kepada Allah SWT bukanlah orang yang bertaqwa. Taqwa adalah gabungan dua makna keharmonisan dan keindahan kepada Allah SWT, sekaligus keharmonisan dan keindahan kepada sesama manusia yang dalam hal ini adalah buah manfaat puasa yang kita lakukan seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an. Wallahu a’lam bish-shawab.