ZIARAH CINTA
Oase Iman : Buya yahya
Semarak hari raya Idul Fitri kita saksikan. Tradisi mudik, saling berziarah dan halal bi halal mewarnai suasana Idul Fitri di negeri tercinta ini yang sungguh membutuhkan biaya yang amat besar. Ada yang mereka cari, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka cari. Ada yang mereka rindukan, akan tetapi tidak semua dari mereka menemukan apa yang mereka rindukan. Mereka mencari cinta di sela-sela kesibukannya. Mereka merindukan cinta di tengah-tengah kekerasan dan kebejatan sebagian bangsa manusia. Mereka tidak butuh gebyar lahir, marak hari raya dan berbagai tradisi yang tidak menghadirkan makna cinta.
Ada yang perlu dicermati, apa yang menjadikan cinta tidak kunjung terwujud dalam kebersamaan bangsa ini, kendati aktivitas lahir penyambung hati sudah dilaksanakan. Cinta tersembunyi dibalik tabir kedengkian, kesombongan dan kerakusan yang tak terkendalikan. Maka sesemarak apapun gebyar silaturahim lahir kita adakan, jika tabir-tabir tersebut tidak disingkap dan disingkirkan sungguh sinar cinta tidak kunjung memancar di hati kita.
Silaturahim adalah kalimat yang sering kita dengar, khususnya adalah disaat kita memasuki bulan fitri, dihari raya idul fitri. Sehingga apa yang kita dengar dengan arus mudik, berbondong-bondongnya orang pindah dari satu tempat ke tempat lain, berziarah kesana kemari adalah dalam irama mewujudkan makna silaturahim ini. Akan tetapi amal perbuatan seperti apapun besarnya, jika tidak diikuti dengan renungan dan niat yang baik, maka semuanya akan sia-sia.
Untuk melengkapi apa yang pernah kita lakukan dari tradisi yang mulia ini yaitu silaturahim, maka perlu dikukuhkan makna bahwa silaturahim ini adalah menghadirkan makna kerinduan saling cinta diantara sesama manusia, yang tidak cukup hanya dengan sekedar basa-basi. Akan tetapi jika silaturahim kita ini hanya terbatas kepada basa-basi dzahir, hanya saling mengunjungi dan lain sebagainya, maka sesungguhnya belumlah ia sampai kepada silaturahim yang sesungguhnya.
Silaturahim itu adalah hal yang mendekatkan hati seseorang kepada orang lain, mendekatkan antara orang yang saling bermusuhan menjadi orang yang saling mencintai, orang yang saling dendam menjadi orang yang saling merelakan. Silaturahim yang benar adalah jika memang telah menumbuhkan rasa cinta diantara sesama. Sehingga hal yang demikian itu tidak cukup hanya dengan basa-basi sosial saling kunjung dan memberi hadiah, akan tetapi harus diikuti dengan renungan yang sesungguhnya.
Pertemuan itu bukan jaminan bersambungnya hati akan tetapi ternyata silaturahim yang sesungguhnya adalah seperti yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya agar mendapatkan derajat yang besar di hadapan Allah Subhanahu wata’ala seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam “Demi Allah kalian tidak akan masuk surga kecuali sudah beriman dan tidak akan beriman secara sesungguhnya diantara kalian sehingga kalian saling mencintai”.
Saling mencintai itulah yang menghantarkan keindahan di hadapan Allah Subhanahu wata’ala. Yang sering berziarah kesana kemari jika tidak menghadirkan makna cinta adalah pekerjaan sia-sia. Maka yang harus kita tekankan saat ini adalah ziarah yang kita lakukan secara lahir harus ada buahnya, yaitu bertemunya hati dan saling cinta, dan cinta ini mempunyai tanda, diantaranya kita mudah untuk memaafkan kesalahan saudara kita, ikut merasakan sakit yang mereka rasakan dan merasa senang atas kegembiraan mereka. Ini semua adalah makna yang akan hadir setelah ada makna cinta di dalam hati.
Sungguh dua orang sahabat yang saling berziarah, dua-duanya adalah orang yang berkhianat jika ternyata tidak ada cinta di dalam hatinya. Untuk menumbuhkan rasa cinta ini adalah disamping kita berziarah secara dzahir, harus disertai dengan berziarah secara batin.
Ziarah secara batin ini lebih penting daripada ziarah secara dzahir. Ziarah secara batin ini adalah saling mendoakan kepada sesama kita disaat sesama kita itu tidak ada di hadapan kita. Mendoakan kepada sesama kita dengan doa-doa yang baik biarpun untuk orang yang memusuhi kita, itulah hakikat silaturahim.
Seperti yang disabdakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Bukanlah menyambung persaudaraan itu adalah membalas kebaikan seseorang, akan tetapi yang dimaksud menyambung silaturahim itu adalah jika hubungannya diputus ia memulai untuk menyambungnya, jika dia didzalimi sabar dan memohon maaf terlebh dahulu”. Ini adalah makna silaturahim.
Maka dari itu marilah kita hadirkan makna doa, doa baik yang sesungguhnya dengan tulus kepada Allah Subhanahu wata’ala untuk orang yang kita cintai dan orang-orang yang membenci dan mendengki kita sekalipun. Dengan inilah kebersihan hati akan segera kita rasakan dan akan terwujud hakikat silaturahim diantara kita.
Dengan hidup dalam kebersamaan dengan penuh kasih dan cinta tanpa dengki dan dendam. Begitu sebaliknya biarpun ziarah dzahir kita lakukan seribu kali dalam sehari tanpa diikuti dengan ziarah hati yang kami maksud maka tidaklah kita sampai kepada silaturahim yang sesungguhnya.
Wallahu A’lam Bishshowab.