“Kita sering tanpa sadar mengukur kebaikan adalah kebaikan yang disuka hawa nafsu kita. Hingga kebaikan haqiqi yang ditawarkan oleh Allah SWT kepada kita melalui hamba-hamba-Nya sering tidak kita indahkan. Bahkan kadang kita menolak dan marah kepada hamba tersebut. Itulah kedunguan yang lahir dari mengikuti hawa nafsu. Maka sadarilah berapa banyak orang yang telah datang kepada kita dengan membawa kebaikan lalu kita tolak? Alangkah seringnya kita menjadi dungu.”
Pos Terkait
-
Mutiara Hikmah Buya Yahya ke-25
“Hakikat kekayaan bukanlah di saat melimpahnya harta, akan tetapi di saat hati tidak menginginkannya dan menyambut karunia dengan penuh rasa syukur.Itulah kaya hati yang membebaskan si faqir sekalipun dari belenggu kemiskinan dan kekurangan.” (Mutiara Hikmah Buya Yahya Ke-25)
-
Mutiara Hikmah Buya Yahya Ke-19
“Kematian adalah sesuatu yang kedatangannya sangat diyakini oleh semua manusia. Akan tetapi banyak perilaku manusia yang menunjukkan seolah ia tidak mempercayai kehadirannya. Kezhaliman kepada sesama atau kemaksiatan kepada Allah adalah karena lupanya seseorang akan kematian. Sungguh mengingat kematian akan menghantarkan seorang hamba untuk semakin khusyu’ kepada Allah dan semakin indah dengan sesama.” (Mutiara Hikmah Buya …
-
Mutiara Hikmah Buya Yahya Ke – 12
“Silaturahim adalah bertemunya hati dalam cinta karena Allah, bukan sekadar bertemunya jasad. Jika harus ada pertemuan jasad, itu adalah untuk mempertemukan hati. Bertemunya hati, ditandai dengan panjatan doa saat berpisah.” [Mutiara Hikmah Buya Yahya Ke – 12]
-
Mutiara Hikmah Buya Yahya ke-11
[Mutiara Hikmah Buya Yahya ke-11] “Yang berbangga dengan dunia, ia akan lelah menjadi budaknya. Pada akhirnya harus meninggalkannya. Mobil mewah, rumah megah hanya cerita singkat dan tidak bisa dinikmati lagi. Berbanggalah dengan akhirat! Jadikan dunia ini ladang amal untuk akhirat!”
-
MUTIARA HIKMAH BUYA YAHYA KE – 76
“Tanda ketulusanmu dalam beribadah adalah adanya keistiqomahan biarpun keadaan berubah-ubah.”