Hujjah Ilmiah Amalan di Bulan Sya’ban

Hujjah Ilmiah Amalan di Bulan Sya’ban

HUJJAH ILMIAH AMALAN DI BULAN SYA’BAN

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ لاَنُحْصِيْ ثَنَاءًا عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلىَ نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ عَلىَ ذَلِكَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ الْبَشِيْرِ وَالنَّذِيْرِ الَّذِيْ تَنْفَتِحُ بِهِ أَبْوَابُ الْخَيْرِ وَتَنْغَلِقُ بِهِ أَبْوَابُ الشَّرِّ وَعَلَى آلِهِ اْلأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ. وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيٍّ الْعَظِيْمِ,أَمَّا بَعْدُ.

Sya’ban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadhan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akan menuai kesuksesan di bulan Ramadhan.

Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’ban berasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang sangat perlu diperhatikan oleh kaum Muslimin. Pada bulan ini, juga ada beberapa amalan yang biasa dilakukan oleh para Salafuna shaleh untuk mempersiapkan dan melatih diri dengan memperbanyak ibadah dalam rangka menyambut bulan Ramadhan.

Di antara amalan tersebut adalah:
1. PUASA
Puasa di bulan Sya’ban itu termasuk di sunnahkan karena untuk melatih agar nanti ketika Ramadhan tiba sudah terbiasa dengan puasa. Selain itu bulan ini juga banyak dilalaikan oleh manusia sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa hadits. Namun kita tidak perlu mengkhususkan hari tertentu dari bulan Sya’ban untuk berpuasa karena tidak ada hadits yang benar secara khusus menentukan hari tertentu untuk puasa. Yang ada adalah riwayat yang menjelaskan anjuran puasa bulan Sya’ban secara umum.

2. MENGHIDUPKAN MALAM NISHFU SYA’BAN
Jumhur ulama berpendapat bahwa menghidupkan malam nishfu Sya’ban hukumnya adalah sunnah, baik dengan cara beribadah secara bersama-sama atau sendiri-sendiri, dan kita boleh mengisinya dengan bermacam-macam ibadah seperti puasa, shalat dan lain sebagainya. Itulah yang dilakukan para ulama dalam menghidupkan malam nishfu Sya’ban.

A. KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN
Disebutkan dalam beberapa hadits Shahih tentang keutamaan bulan Sya’ban yang sungguh sangat diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

A. KEUTAMAAN BULAN SYA’BAN
Disebutkan dalam beberapa hadits Shahih tentang keutamaan bulan Sya’ban yang sungguh sangat diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA beliau berkata: “Rasulullah SAW biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah SAW berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i dan Imam Ibnu Khuzaimah dan beliau katakan hadits ini adalah shahih

عَنْ  أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ, قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ, وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ, فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Dari Usamah bin Zaid berkata: Aku bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, aku tidak melihatmu berpuasa seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban (karena seringnya), beliau menjawab: “Bulan itu adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang, yaitu antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itu diangkat amal-amal kepada Allah Tuhan semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa.”

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim:

عَنْ عَائِشَةَ لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم– يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Dari Sayyidah A’isyah ra beliau berkata: “ Rasulullah SAW ShallAllahu ‘Alaihi Wasallam tidak biasa berpuasa satu bulan lebih banyak dari bulan Sya’ban. Sesungguhnya Rasulullah SAW berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Imam Bukhari no. 1970 dan Imam Muslim no. 1156) Dalam lafazh Imam Muslim menyebutkan riwayat dari Sayyidah ‘Aisyah RA dengan sedikit berbeda.

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“Nabi SAW biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya dan hanya sedikit saja hari-hari berbuka beliau di bulan sya’ban” (HR. Imam Muslim no. 1156)

Dari Riwayat-riwayat tersebut di atas sungguh sangat jelas bahwa Nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan Bulan Sya’ban dengan berpuasa.

B. KEUTAMAAN MALAM NISHFU SYA’BAN

Tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban telah banyak hadits dari Nabi Muhammad SAW di antaranya adalah:

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad Bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban, beliau berkata hadits ini shahih yaitu:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كِلَبٍ

Dari Sayyidah Aisyah RA beliau berkata: “Aku kehilangan Rasulullah SAW pada suatu malam. Kemudian aku keluar dan aku menemukan beliau di pemakaman Baqi’ Al-Gharqad” maka beliau bersabda “Apakah engkau khawatir Allah dan RasulNya akan menyia-nyiakanmu?” Kemudian aku berkata: “Tidak wahai Rasulullah SAW, sungguh aku telah mengira engkau telah mendatangi sebagian isteri-isterimu”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menyeru hamba-Nya di malam Nishfu Sya’ban kemudian mengampuninya dengan pengampunan yang lebih banyak dari bilangan bulu domba Bani Kilab (maksudnya pengampunan yang sangat banyak).” (HR. Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad Bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban beliau berkata hadits ini shahih).

Domba Bani Kilab adalah gerombolan domba terbanyak di Jazirah Arab di waktu itu.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan Imam Baihaqi:

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَ صُوْمُوْا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ: أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ ! أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ ! أَلاَ مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ ! أَلاَ كَذَا… أَلاَ كَذَا… حَتَّى يَطْلُعَ الفَجْرُ

Dari Sayyidina Ali bin Abu Thalib bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila tiba malam nishfu Sya’ban, shalatlah pada malam harinya dan puasalah di siang harinya karena Allah menyeru hamba-Nya di saat tenggelamnya matahari, lalu berfirman: ‘Adakah yang meminta ampun kepada-Ku? niscaya Aku akan mengampuninya, Adakah yang meminta rezeki kepada-Ku? niscaya akan memberinya rezeki. Adakah yang sakit? niscaya Aku akan menyembuhkannya, Adakah yang demikian (maksudnya Allah akan mengkabul hajat hambanya yang memohon pada waktu itu)…. Adakah yang demikian…. sampai terbit fajar.”

Hadits yang diriwayatkan Imam Abu Nu’aim dan dikatakan shohih oleh Imam Ibnu Hibban begitu juga Imam Thabrani berkata semua perowinya adalah orang yang dapat dipercaya (Tsiqah):

عَنْ مُعَاذٍ بِنْ جَبَلٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ يَطَّلِعُ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ, إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Dari Sayyidina Mu’ad Bin Jabal, dari Nabi SAW beliau berkata: “Allah Tabaraka wa Ta’ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu Allah mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”

Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abu Musa Al-Asy’ari RA:

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إن الله ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو منافق.

Dari Abu Musa Al-asy’ari RA dari Rasulullah SAW, beliau berkata: “Sesungguhnya Allah SWT melihat kepada hambaNya di malam nishfu Sya’ban maka Allah SWT mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang yang menyekutukan Allah atau orang munafik.“

C. KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG MALAM NISHFU SYA’BAN

Al-Hafidz Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata dalam kitabnya Lathoiful Ma’arif hal 199 – 201:

وليلة النصف من شعبان كان التابعون من أهل الشام كخالد بن معدان و مكحول ولقمان بن عامر وغيرهم يعظمونها ويجتهدون فيها في العبادة ،وعنهم أخذ الناس فضلها وتعظيمه… ((لطائف المعارف)) ص١٩٩-٢٠١

“Dan malan nishfu sya’ban adalah malam yang para tabi’in negara Syam seperti Kholid bin Ma’dan, Makhul, Luqman Bin Amir dan yang lainnya, mereka mengagungkan malam nishfu Sya’ban dan mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam tersebut. Dan dari mereka-lah umat Islam mengambil faham keutamaannya dan keagungannya.”

Dan Ibnu Hajar melanjutkan:

واختلف علماء أهل الشام في صفة إحيائها على قولين: أحدهما: أنه يستحب إحياؤها جماعة في المسجد. كان خالد بن معدان ولقمان بن عامر وغيرهما يلبسون فيها أحسن ثيابهم ويتبخرون ويكتحلون ويقومون في المسجد ليلتهم تلك. ووافقهم إسحاق بن راهوية في ذلك وقال في قيامها في المساجد جماعة: ليس ذلك ببدعة.

Ulama Syam berbeda pendapat dalam menghidupkan malam nishfu Sya’ban: Pendapat Pertama: Disunnahkan menghidupkannya secara berjamaah di masjid. Dan para ulama tersebut di atas mereka mengenakan pakaian yang paling bagus yang mereka miliki serta membakar kayu harum dan menggunakan celak. Mereka melakukan shalat di masjid pada malam itu. Dan pendapat ini disetujui oleh Ishaq Ibnu Rahawih dan beliau berkata: ”Ini bukanlah sebuah bid’ah”

وقال الشافعي: بلغنا أن الدعاء يستجاب في خمس ليال: ليلة الجمعة، والعيدين، وأول رجب، ونصف شعبان

Berkata Imam Syafi’i: “Telah sampai berita kepada kami bahwa doa akan dikabul di lima malam, malam Jum’at, malam 2 hari raya, dan awal Rajab Dan nifsu Sya’ban.”

Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Tadzkirotul Khufadz juz 4 hal. 1328 di saat menjelakan biografinya Ibnu Asyakir, beliau katakan:

أبو القاسم بن عساكر، صاحب التصانيف ….قال ولده المحدِّث بهاء الدين القاسم: كان أبي رحمه الله مواظباً على الجماعة والتلاوة، يَختم كل جمعة، ويختم في رمضان كل يوم، ويعتكف في المنارة الشرقية – من جامع دمشق -،وكان كثير النوافل والأذكار، ويُحيي ليلة النصف – من شعبان – والعيد بالصلاة والذكر

“Ibnu Asyakir adalah seorang hafidz muhaddits Syam yang mempunyai banyak karangan, berkata putra Ibnu Asyakir, yaitu Bahauddin Al-Qosim berkata: “Ayahku (Ibnu Asyakir) selalu berjama’ah serta membaca Al-Qur’an dan hatam setiap Jum’at dan setiap hari di bulan Ramadhan dan selalu beriktikaf di menara Asyarqiyah di Damaskus. Beliau selalu memperbanyak shalat sunnah dan dzikir serta menghidupkan malam nishfu Sya’ban dan malam ‘id dengan shalat dan dzikir .

Berkata Imam Ibnu Haj dalam kitabnya Al-Madkhol juz 1 hal 257:

وبالجملة فهذه الليلة وإن لم تكن ليلة القدر فلها فضل عظيم وخير جسم، وكان السلف رضي الله عنهم يعظّمونها ويشمّرون لها قبل إتيانها، فما تأتيهم إلا وهم متأهّبون للقائها والقيام بحرمتها، على ما قد عُلم من احترامهم للشعائر… ))

Fasl malam nishfu Sya’ban Kesimpulannya “Malam nishfu Sya’ban meskipun bukan malam lailatul qadar, akan tetapi adalah malam yang mempunyai keutamaan yang sangat agung dan kebaikan yang sangat banyak. Ulama salaf mengagungkannya serta bersungguh-sungguh dalam menyambut kedatangannnya. Dan tidak datang malam nishfu Sya’ban kepada mereka kecuali mereka sudah siap menghidupkannya seperti yang telah diketahui dari mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang mengagungkan syiar Allah.

Berkata Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa-nya, (Ibnu Taimiyah adalah tokoh kebanggaan orang-orang yang mengingkari kegiatan di Malam nishfu Sya’ban). Ibnu Taimiyah berfatwa:

إذا صلى الإنسان ليلة النَّصف وحده أو في جماعة خاصة كما كان يفعل طوائف من المسلمين فهو : حسن. ((مجموع الفتاوى)) ج ٢٣ ص١٣١

“Apabila ada orang Shalat di malam Nishfu Sya’ban dengan sendirian atau berjamaah sebagaimana yang dilakukan sebagian kaum Muslimin itu merupakan hal yang baik”.

وأما ليلة النصف فقد روي في فضلها أحاديث وآثار ،ونقل عن طائفة من السلف أنهم كانوا يصلون فيها ، فصلاة الرجل فيها وحده قد تقدمه فيه سلف وله فيه حجة فلا يُنْكَر مثل هذا، أمَّا الصلاة جماعة فهذا مبني على قاعدة عامة في الاجتماع على الطاعات والعبادات…

Beliau juga berkata dalam kitab yang sama hal 132. “Adapun keutamaan malam nishfu Sya’ban telah diriwayatkan dari hadits-hadits dan atsar (perkataan para sahabat dan tabi’in) dan sejumlah dari ulama salaf. Sesungguhnya mereka menghidupkan malam nishfu Sya’ban dengan shalat. Adapun shalatnya seseorang dengan sendirian pada malam nishfu Sya’ban, cara seperti itu telah dilakukan oleh ulama salaf dan dengan hujjah-hujjah (dalil-dalil) yang jelas. Maka hal ini tidak boleh diingkari. Adapun shalat Jamaah yang mereka lakukan di malam nishfu Sya’ban ini berdasarkan atas kaedah umum bahwa dianjurkan berkumpul dalam melakukan ketaatan dan ibadah.

Ibnu Taymiyah menjelaskan dalam kitab Iqtidha Shiratal Mustaqim hal 266:

ليلة النصف من شعبان. فقد روي في فضلها من الأحاديث المرفوعة والآثار ما يقتضي: أنها ليلة مُفضَّلة. وأن من السلف من كان يخصّها بالصلاة فيها، وصوم شهر شعبان قد جاءت فيه أحاديث صحيحة. ومن العلماء من السلف، من أهل المدينة وغيرهم من الخلف: من أنكر فضلها، وطعن في الأحاديث الواردة فيها، كحديث:{ إن الله يغفر فيها لأكثر من عدد شعر غنم بني كلب} وقال: لا فرق بينها وبين غيرها. لكن الذي عليه كثير من أهل العلم؛ أو أكثرهم من أصحابنا وغيرهم: على تفضيلها، وعليه يدل نص أحمد، لتعدد الأحاديث الواردة فيها، وما يصدق ذلك من الآثار السلفيَّة، وقد روي بعض فضائلها في المسانيد والسنن. وإن كان وضع فيها أشياء أُخر

Malam nishfu Sya’ban keutamaannya telah diriwayatkan dari banyak hadits dan atsar (perkataan sahabat dan tabi’in) yang kesimpulannya, “Malam nishfu Sya’ban adalah malam yang diutamakan”. Dan sebagian ulama salaf ada yang mengkhususkannya dengan melakukan ibadah shalat. Dan berpuasa di bulan Sya’ban telah diriwayatkan dari hadits-hadits yang shahih. Ada sebagian ulama salaf dari penduduk kota Madinah dan juga sebagian ulama khalaf yang mengingkarinya dan berusaha mencederai hadits-hadits yang menunjukan keutamaannya, seperti hadits: “Sesungguhnya Allah mengampuni di malam nishfu Sya’ban terhadap dosa dengan pengampunan yang lebih banyak dari bulu domba Bani Kilab”.

Setelah mereka yang mencederai hadits tersebut akhirnya mereka berkata bahwa tidak ada perbedaan di antara bulan Sya’ban dan bulan lainnya.

Akan tetapi kebanyakan ulama salaf telah mengutamakan (menghidupkan) malam nishfu Sya’ban, sebagaimana nash riwayat yang jelas dari Imam Ahmad karena banyaknya hadits yang menjelaskan tentang keutamaannya dan juga karena banyaknya perkataan dari para ulama salaf yang tersebut dalam kitab musnad-musnad dan sunan-sunan. Meskipun memang ada beberapa riwayat yang lain yang dipalsukan.”

D. KESIMPULAN
Bagi siapa pun yang ingin menyampaikan kebenaran harus jujur dan amanat karena ada ancaman hukuman berat dari Allah SWT bagi pengkhianat-pengkhianat. Ada sebagian kaum Muslimin yang mendustakan semua hadits yang berkenaan dengan keutamaan Bulan Sya’ban dan menghidupkan malam nishfu Sya’ban. Sungguh dikhawatirkan mereka akan dihukum oleh Allah karena telah berdusta atas Nabi Muhammad SAW.

Memang ada beberapa riwayat palsu tentang keutamaan menghidupkan malam nishfu Sya’ban, akan tetapi bagi orang yang takut kepada Allah SWT haruslah jujur, yang palsu harus dibuang. Akan tetapi jika ada riwayat yang telah dianggap benar (shahih) oleh Ahli Hadits tidak ada bagi kita kecuali menginsyafi dan menerimanya. Bahkan jika seandainya tidak ada riwayat yang benar dan hanya ada yang dhaif hal tersebut oleh para ulama masih bisa digunakan untuk memacu amal baik dengan syarat-syaratnya. Apalagi sudah terbukti ada beberapa ahli hadits yang menghukumi keshahihannya.

Dan telah disebutkan perkataan sebagian dari ulama-ulama yang menyeru untuk menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan dzikir Shalat dan lain-lain. Maka jika ada orang di akhir zaman ini yang dengan lantang berkata bahwa ulama terdahulu tidak pernah menghimbau menghidupkan malam nishfu Sya’ban lalu mereka katakan menghidupkan malam nishfu Sya’ban adalah bid’ah, maka orang tersebut adalah salah satu dari dua.

Pertama; mereka adalah orang yang tidak mengetahui para ulama salaf. Jika demikian adanya, orang-orang tersebut tidak perlu diikuti, karena sempitnya wawasan tentang ulama salaf. Bahkan dia telah kurang ajar kepada ulama terdahulu.

Kedua; mereka telah mengetahui apa yang telah disebutkan oleh para ulama salaf di atas hanya karena kecurangan mereka, mereka sembunyikan kebenaran ini karena menuruti hawa nafsu. Kita pun tidak perlu mengikuti orang yang mengikuti hawa nafsu.

Bagi kita adalah tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti ulama-ulama yang menghimbau dan menghidupkan malam nishfu Sya’ban.

Cara menghidupkan malam nishfu Sya’ban adalah dengan memperbanyak amal-amal yang diajarkan oleh Rasulullah SAW seperti melakukan shalat sunnah hajat, shalat sunnah tasbih, shalat sunnah witir atau dengan bershalawat, berdzikir, beristighfar dan membaca Al-Qur’an atau membaca ilmu yang menjadikan kita semakin dekat kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam bish-shawab.